Ketika Saya Overload

Hanya sekedar muntahan mesin... mungkin sekilas autobiografi, namun terlalu muluk, karena autobiografi dilegalkan bagi yang telah berhasil dalam pencapaian publik.. tapi, setidaknya untuk menghargai sejarah hidup ini,,, dan terangkum dalam Amartaniesme... check my vomit!!!Inilah upaya saya untuk memuntahkan semua yang menggelitik di otak, agar tidak overload dan mengkerak di alam bawah sadar saya sehingga mengganggu saya dengan mimpi-mimpi aneh yang tunggang langgang menjajaki malam-malam saya.

SELAMAT DATANG

untuk menikmati muntahan saya...
Minggu, 05 Agustus 2012 0 komentar

ILUSI SERUNI


Seruni Munandar, siang itu bersandar lunglai di ujung peraduan mimpi sebuah kursi goyang dekat kolam renang kecil di rumahnya. Tanaman hias yang berbaris di kolam itu telah menjulang agak tinggi menjadi pohon, tampaklah akar berusaha keluar membuat pot-pot retak. Angin pun berhembus dan terdengar dari tanaman meski tak mampu membelai rambut Ibu Seruni. Setidaknya udara siang ini tidak menghindar mengantarkan sebuah mimpi untuk sejenak merayunya bernapas lega, meski hanya melalui ilusi.

Mimpi berkehendak, ilusi bukan hanya dalam mimpi anggap Seruni kini. Dulu pertama kali Seruni jatuh cinta pada Akhirul suaminya yang akhirnya hubungan persenggamaan mereka dilegalkan oleh institusi agama, sekarang bagi Seruni semua itu hanyalah ilusi, tak beda dengan mimpi.

Minggu, 10 Juni 2012 0 komentar

10 Film Pertama di Indonesia


1. Loetoeng Kasaroeng (1926)
http://hermawayne.blogspot.com
Loetoeng Kasaroeng adalah sebuah film Indonesia tahun 1926. Meskipun diproduksi dan disutradarai oleh pembuat film Belanda, film ini merupakan film pertama yang dirilis secara komersial yang melibatkan aktor Indonesia.

2. Eulis Atjih (1927)
http://hermawayne.blogspot.com
Sebuah film bisu bergenre melodrama keluarga, film ini disutradarai oleh G. Kruger dan dibintangi oleh Arsad & Soekria. Film ini diputar bersama-sama dengan musik keroncong yang dilakukan oleh kelompok yang dipimpin oleh Kajoon, seorang musisi yang populer pada waktu itu. Kisah Eulis Atjih, seorang istri yang setia yang harus hidup melarat bersama anak-anaknya karena ditinggal suaminya yang meninggalkannya untuk berfoya-foya dengan wanita lain, walaupun dengan berbagai masalah, akhirnya dengan kebesaran hatinya Eulis mau menerima suaminya kembali walaupun suaminya telah jatuh miskin.

3. Lily Van Java (1928)
http://hermawayne.blogspot.com
Film yang diproduksi perusahaan The South Sea Film dan dibuat bulan Juni 1928. Bercerita tentang gadis yang dijodohkan orang tuanya padahal dia sudah punya pilihan sendiri. Pertama dibuat oleh Len H. Roos, seorang Amerika yang berada di Indonesia untuk menggarap film Java. Ketika dia pulang, dilanjutkan oleh Nelson Wong yang bekerja sama dengan David Wong, karyawan penting perusaahaan General Motors di Batavia yang berminat pada kesenian, membentuk Hatimoen Film. Pada akhirnya, film Lily van Java diambil alih oleh Halimoen. Menurut wartawan Leopold Gan, film ini tetap digemari selama bertahun-tahun sampai filmnya rusak. Lily van Java merupakan film Tionghoa pertama yang dibuat di Indonesia.

4. Resia Boroboedoer (1928)
http://hermawayne.blogspot.com
Film yang diproduksi oleh Nancing Film Co, yang dibintangi oleh Olive Young, merupakan film bisu yang bercerita tentang Young pei fen yang menemukan sebuah buku resia (rahasia) milik ayahnya yang menceritakan tentang sebuah bangunan candi terkenal (Borobudur). Diceritakan juga di candi tersebut terdapat sebuah harta karun yang tak ternilai, yaitu guci berisi abu sang Buddha Gautama.

5. Setangan Berloemoer Darah (1928)
Film yang disutradarai oleh Tan Boen San, setelah pencarian di beberapa sumber, sinopsis film ini belum diketahui secara pasti.

6. Njai Dasima I (1929)
http://hermawayne.blogspot.com
Film ini berasal dari sebuah karangan G. Francis tahun 1896 yang diambil dari kisah nyata, kisah seorang istri simpanan, Njai (nyai) Dasima yang terjadi di Tangerang dan Betawi/Batavia yang terjadi sekitar tahun 1813-1820-an. Nyai Dasima, seorang gadis yang berasal dari Kuripan, Bogor, Jawa Barat. Ia menjadi istri simpanan seorang pria berkebangsaan Inggris bernama Edward William. Oleh sebab itu, akhirnya ia pindah ke Betawi/Batavia. Karena kecantikan dan kekayaannya, Dasima menjadi terkenal. salah seorang penggemar beratnya Samiun yang begitu bersemangat memiliki Nyai Dasima membujuk Mak Buyung untuk membujuk Nyai Dasima agar mau menerima cintanya. Mak buyung berhasil membujuk Dasima walaupun Samiun sudah beristri. Hingga akhirnya Nyai Dasima disia-siakan Samiun setelah berhasil dijadikan istri muda.

7. Rampok Preanger (1929)
Ibu Ining tidak pernah menduduki bangku sekolah, tahun 1920-an adalah seorang penyanyi keroncong terkenal pada Radio Bandung (NIROM) yang sering pula menyanyi berkeliling di daerah sekitar Bandung. Kemudian ia memasuki dunia tonil sebagai pemain sekaligus sebagai penyanyi yang mengadakan pagelaran keliling di daerah Priangan Timur. Main film tahun 1928 yang berlanjut dengan 3 film berikutnya. Film-film itu seluruhnya film bisu. Ketika Halimoen Film ditutup tahun 1932, hilang pulalah Ibu Ining dari dunia film. Namun sampai pecahnya PD II, ia masih terus menyanyi dan sempat pula membuat rekaman di Singapura dan Malaya. Pada tahun 1935 ia meninggal dunia dalam usia 69 tahun karena sakit lever.

8. Si Tjonat (1929)
Cerita dalam film ini berputar pada kisah seseorang yang dijuluki si Tjonat. Nakal sejak kecil, si Tjonat (Lie A Tjip) melarikan diri ke Batavia (Jakarta) setelah membunuh temannya. Di kota ini ia menjadi jongos seorang Belanda, bukannya berterima kasih karena mendapat pekerjaan, ia juga menggerogoti harta nyai tuannya itu. Tak lama kemudian ia beralih profesi menjadi seorang perampok dan jatuh cinta kepada Lie Gouw Nio (Ku Fung May). Namun cintanya bertepuk sebelah tangan, penolakan Gouw Nio membuatnya dibawa lari oleh si Tjonat. Usaha jahat itu dicegah oleh Thio Sing Sang (Herman Sim) yang gagah perkasa.

9. Si Ronda (1930)
http://hermawayne.blogspot.com
Film ini disutradaria oleh Lie Tek Swie & A. LOEPIAS (Director of Photography), dan dibintangi oleh Bachtiar Efendy & Momo. Film ini bercerita tentang kisah seorang jagoan perkelahian yang mengandung unsur kebudayaan Cina.

10. Boenga Roos dari Tjikembang (1931)
http://hermawayne.blogspot.com
Film bersuara pertama di Indonesia, film ini menceritakan tentang hubungan antar etnis Cina & pribumi. Dalam film ini, The Teng Chun bertindak sebagai sutradara dan kamera. Cerita ini dikarang oleh Kwee Tek Hoay dan pernah dipentaskan Union Dalia Opera pada 1927, meskipun cuma ringkasan cerita saja, yaitu tentang Indo-Tiongha. Dan film ini diberitakan oleh pengarangnya film Cina buatan Java ini adalah karya Indo-Tiongha.

Bonus
Darah dan Doa (1950), film pertama Indonesia yang dibuat oleh orang Indonesia
http://hermawayne.blogspot.com
Darah dan Doa adalah sebuah film Indonesia karya Usmar Ismail yang diproduksi pada tahun 1950 dan dibintangi oleh Faridah. Film ini merupakan film Indonesia pertama yang sepenuhnya dibuat oleh warga pribumi. Film ini ialah produksi pertama Perusahaan Film Nasional Indonesia (Perfini), dan tanggal syuting pertama film ini 30 Maret 1950, yang kemudian dirayakan sebagai Hari Film Nasional. Kisah film ini berasal dari skenario penyair Sitor Situmorang, menceritakan seorang pejuang revolusi Indonesia yang jatuh cinta kepada salah seorang Belanda yang menjadi tawanannya.

Sumber : perfilman.pnri.go.id
Minggu, 13 Mei 2012 0 komentar

rindu menulis

yang terpenting menurut saya adalah membangun rasa untuk terus yakin bahwa saya bisa. hidup itu terus berjalan, tanpa ada jeda waktu yang dapat diputar ulang karena ingin kembali kepada masa lalu dalam ingatan yang terasa nyaman. membangun adalah salah satu jalan untuk memperbaiki bagamaina sebuah kehidupan itu.. agar mendapatkan kenyaman dimanapun saya berada.. seperti rajah pada kaki saya, sebuah tanda dari tumbuhan pakis yang mampu tumbuh liar dimanapun dia berada. *gejala mensugesti diri !!! but i believe its!!


jakarta, 13 maret 2012
00:45 WIB
Sabtu, 17 Maret 2012 4 komentar

PANYU-DARA


Dara memiliki empat tatto ditubuhnya, dia bilang keputusannya membuat tatto adalah untuk mengidentifikasi tubuh, jika nanti ada yang membunuh dirinya lalu memotong-motong bagian tubuh itu, pasti potongan tubuh adalah  informasi faktual siapa bangkai malang tersebut. Inilah alasan Dara kepada orangtuanya ketika pertama kali memutuskan untuk merajah tubuh mulus dan lembut itu. Tapi waktu itu Ibu sempat mengkhawatirkan pandangan miring orang-orang terhadap anak perempuan satu-satunya yang cerdas ini. Dara bukan berkelenyit, kata-kata untuk menimpali omongan ibunya adalah sindiran pasti atas niatan terbesarnya, ia bilang.

“Ibu yang memberi makan tubuhku, sehingga dapat tumbuh sampai sekarang, aku yang merawatnya, Tuhan, agama, bahkan orang-orang tak punya hak mengatur tubuh mutlak milikku.”
Senin, 12 Maret 2012 3 komentar

Nasionalis Bulshit


Aku bukan durhaka di langit senja

Tapi begitu muak disenjakan negeri  tercinta

Nan ayu ia mengelabuhiku dengan warna jingga itu,


Aku tersentak lamunan sore yang mendepak

Dari tempat dudukku bersandar

Bersama sisa nikmat hujan tadi yang kini benar-benar buyar
Minggu, 11 Maret 2012 0 komentar

ini bukan status

ternyata dialah zat adiktif itu...

kecanduan ...
Sabtu, 10 Maret 2012 0 komentar

ABU, RAPUH DAN SAYA


Saya itu rapuh

Hanyalah seperti sebuah kayu basah

Meski tertawar oleh sumber api anda,

bertahun-tahun bahkan..

Saya tak berhasrat untuk membakar diri,

menjadi sedepa cahaya

TIDAK!!!!
Rabu, 07 Maret 2012 0 komentar

More Just A Friend


Ini bukan sekedar kebodohan,

tapi adalah sebuah keputusan mutlak.

Bahwa saya telah berkehendak untuk memanggutkan kepala,


Saya merajut sebuah penghargaan, dan atas keputusan itu

Rajutlah kembali dan tujukan untuk saya..

Karena kita sama-sama telah mengaku dewasa..


We’re more just a friend
Senin, 05 Maret 2012 0 komentar

word

Kemarin saya menonton film One Day... dan suka dengan kata-kata Emma kepada Dextor,
0 komentar

Hirarki Tai Babi


Saya heran dengan diri saya. Kemarin saya menyusun sebuah hipotesis, bahwa saya menentang orang-orang feodal, terlalu naif mereka meneguhkan hirarki sosial. Mungkin karena saya ini sedikit terinjeksi oleh pemikiran Karl Marx, yah, terlalu muluk entah apa yang mengganjal saraf otak saya ini, sok sosialis mungkin, mungkin pula sok berkiblat sebagai pengikut marxisme.

Tapi ternyata dan tanpa saya sadari saya adalah orang Jawa,
0 komentar

Tradisi Bisu



Getir, hasrat dan caci maki

Saya bertanya kepadamu wahai malam

Kau mencibirku dengan aduan...

Saya bertanya kepadamu lagi
Minggu, 04 Maret 2012 0 komentar

Aborsi Investasi

Aku lebih memilih masa depan atau bunuh diri...

Mulutnya tak henti-henti tersumpal kata serapah, menghinaku atas kesalahanku dan dirinya. Ini bukan sebuah kesalahan, bukan pula kenistaan, bukan juga  kekeliruan besar. Aku berpikir benar, hamil tiba-tiba, bertindak lebih dari tiba-tiba. Inilah satu penawaran tepat. Memilih masa depan atau bunuh diri.

“Kau itu pelacur, lebih bahkan, karena jiwamu tersemat ribuan muntahan tai babi!”

“Kau itu perempuan keji, kau bahkan tak ubahnya tukang tenung yang haus rintihan nyawa orang-orang.”

“Kau bangsat, bajingan, pelacur.”

Aku tersenyum pasi, tak henti kata-kata itu terlontar, senyumku tak sanggup menyumpalnya. Tapi aku punya daya. Ku tampar saja mulut itu tiba-tiba. Ada satu celah, segera kutawar agar tamparanku merasuk di pusat saraf kekuatan kata-katanya.

“He... bangsat, ini hidupku. Kalau kau tak setuju denganku, silahkan bungkam dan diam lalu pergi dari sini.”

“Perempuan tak tahu malu, sudah syukur aku mempersembahkan tanggung jawab untuk janin yang mengganggu perutmu. Tapi kau memang perempuan gila.”

Segila dunia tempat kita berdiri, sebenarnya inilah wujud rasa iriku. Kau bergelantung sementara aku terkebiri. Kau bebas menuai hasrat sementara dengan susah payah aku berusaha menutupi.

“Sudah kubilang dari awal aku takut hamil.”
1 komentar

Cawat dan Kutang untuk Ibu


Saya hampir lupa kapan terakhir Ibu membeli kutang dan cawat baru untuk memberi baju identitas perempuan-nya itu. Dulu Ibu adalah seorang pedagang pakaian, kembali saya ingat-ingat, Ibu memang tak pernah membeli kutang dan cawat, ia hanya mengambil dari barang dagangannya, itupun tak sering. IIbu selalu menimbang untung dan rugi nya terlebih dulu. Sebelum Ibu berjualan pakaian di emperan toko Pasar Besar Malang, Ibu adalah seorang guru kursus menjahit, kembali lagi saya mengingat dengan keras, ia sama sekali tak pernah membeli kutang, dijahitnya sendiri kutang itu dari kain mori atau pun goni bekas bungkus tepung beras. Kutang itu bentuknya lucu, lancip seperti gunung di ujung tempat susu. Ketika kelas lima SD saya sangat ingat, merengek minta dijahitkan kutang, saya ingin seperti Ratu Marie Antoinette, menarik kencang-kencang tali kur yang disilangkan di lubang kutang bagian punggung, saya membayangkan ada seorang emban yang membantu saya menariknya kencang-kencang, seketika susu saya yang baru mulai tumbuh dengan rasa nyeri itu, menjadi lancip seperti gunung. Tapi ketika pelajaran olah raga, saya tiba-tiba pingsan karena tarikan tali kur itu terlalu kencang, saya tak bisa bernapas, dada saya sesak.
Minggu, 26 Februari 2012 0 komentar

Debu, Senyuman dan Segelas Teh Susu Basi (Tragedi di Bulan November)

Satu kecurangan dalam pagi ini


Ternyata telah tersuguh segelas teh susu basi…



Wajar jika pagiku harus kuhajar,

Emosi segera mengadu, bahwa biasanya tersulut sebatang rokok dan segelas teh susu

Selalu di pagi hari..
0 komentar

Vagina



Aku berteriak mengidentifikasi diri…
Akulah vagina,,
Ini adalah publikasi…
Aku vagina…
0 komentar

Ibu yang Lelah



 Ke pasar pagi itu ibu pergi…

Mencoba menengok segelintir keramaian…

Mencoba melepas bau busuk sampah menumpuk

Menjarang kegelisahan jiwa yang selalu terlarang
0 komentar

Mahkota



Saat kulihat tubuh itu menggelinjang…
Pesonanya bak semerbak dedaunan gugur tanpa tertiup angin,
Pasrah jatuh ditanah dengan sejuta kepuasan…

Desah napasnya tercium tanpa sekat
Menyengat,,
Daun-daun kembali gugur…
Seperti yang dikatakan mereka…
Tubuh itu berguguran tanpa mahkota…
0 komentar

Tak Ada yang Rumit



Matanya masih sembab mengeluh

Tak lagi ada tangis atau tawa,

Ia berkata…
0 komentar

Untuk Keindahan



Barangkali aku datang tak bersalam terlebih dahulu…

Seperti seorang pengemis yang berteriak meminta tanpa permisi…

Namun rumahmu menyambut 

Dan menjemput inginku…

Untuk membutuhkanmu
0 komentar

Hipotesa Empiris (Kasih Ibu dan Keingintahuan Seorang Anak)


Sore setelah hujan lebat menyisakan gerimis. Sungai kecil dengan debit air sebatas betis ketika cuaca panas berubah menjadi sedikit santar, air keruh kecoklatan itu membawa sampah-sampah terapung dan hanyut, bahkan diantaranya terdapat bangkai kucing yang telah menggelembung seperti bantal boneka, ikut terhanyut pula. Kini, tinggi air itu sebatas separuh paha orang dewasa, mungkin juga hanya sebatas tujuh senti di atas lutut orang dewasa. Ibu itu bersama anak laki-lakinya dipinggir sungai, namun serasa lebih tepat sungai kecil itu disebut selokan. Ia memakai matel warna cokelat, dekenakannya penutup kepala matel itu, agar terlindung dari rinting-rintik gerimis, anak laki-lakinya yang berumur sekitar 11 tahun telanjang dada dan bercelana pendek tanpa alas kaki, ia terdiam mendengarkan ocehan ibunya.

“ Banyune ki gede, isih arep nyemplung?? “ Dalam bahasa jawa ibu itu berceloteh kepada anaknya. (Airnya besar, masih mau nyebur??)
0 komentar

Kisah Sang Singa Betina

#1
Aku tak lebih baik dari seekor babi, rakus, dan berhasrat liar melepas dahaga dalam pelukan babi-babi yang lain, tak peduli lawan ataupun sejenis. Entah apa yang membuat hasratku waktu itu menggelegar liar, yang ku tahu, aku enggan dan sama sekali tak ada ingin untuk meninggalkanmu, aku sungguh menginginkanmu selamanya. 

Aku seperti berada dalam lingkaran setan, serasa bahagia namun tersiksa, lalu menghancurkanku, berkeping-keping. Kau kekasihku saat aku benar-benar lugu, dan keliaranku datang memisahkan dirimu dariku tanpa inginku. Sungguh masih lugu kala kau mengajariku mencicipi arti cinta dan dosa. Lalu dosa itu mengusikku, menumpuk dan menenggelamkanku dalam jiwa terpuruk, hingga apa arti dosa, hilang sudah di atas kesadaran jiwa.

Titik, entah apa seketika tiba, sungguh dingin pelukanmu, tak berasa. Aku lari, lari ke dalam sesuatu yang hangat dan nyaman serasa di diri, dan aku tiba-tiba menjadi seekor babi, memeluk babi-babi lain dalam hasrat rasa nyaman yang kucari. Sangat sadar aku menyakitimu dalam ke-babi-an ku. Babi-babi lawan jenis itu memberi selimut hangat, namun sama sekali aku tak mengiginkannya untuk menemaniku hidup, hanya kamu inginku.
0 komentar

Senyum Payah

Sore itu senyummu bergoyang payah..
Kulihat begitu kalah
Untuk merayuku …
0 komentar

Sejenak Berkepompong



Lembar kertas kosong dan melulu berisik suara anjing yang terus menggonggong…
Kelu dan tak bernafas,
Sedikit sesak menyeka kertas yang ternyata tetaplah kosong…
Apa hendak yang kutulis,
Nampaknya aku habis dengan suara anjing yang serak berteriak…
Sabtu, 18 Februari 2012 0 komentar

KERAMIK DALAM FLANEL


Dalam diam Radam terus saja berdo'a, dalam diam Radam tak hentinya mengerjakan hal penuh manfaat, dalam diam Radam menunggu kematiannya.

 Dalam diam Radam tak pernah tidur, menemui mimpi yang menawarkan dunia ilusi. Dalam gerak, dan pasti itu malam hari, Radam memandangi surga dunianya, malaikat penyemangat hidupnya, sedang terlelap menemui mimpi, Radam enggan kehilangan sedikit waktu hanya untuk memandanginya. Memandangi wajah flanel yang membungkus guci, itulah Reyfo, gadis surga dunianya, ia anggap gadisnya lembut selembut flanel, tapi sangat rentan, terjatuh saja, akan pecah berkeping-keping bagai guci. Tak ada siapa pun lagi di dunia ini, selain Reyfo, gadisnya berusia 6 tahun. Radam terlanjur tersingkir, jauh dan sangat jauh dari dunianya sendiri. Dari dunia manusia.

Alangkah indahnya ilusi, dunia yang sanggup membuainya, merasa dihargai, merasa berarti dan merasa manusia, sebenarnya Radam ingin tidur lelap untuk terus bermimpi, berharap tak terbangun lagi bahkan. Karena dunianya yang nyata tidak menggangapnya manusia sebagai manusia. Radam terlanjur tersingkir, tak dianggap ada, mayat hidup, manusia tak berguna.
Jumat, 03 Februari 2012 0 komentar

(Karya Audio Visual) Film sebagai Karya Seni

“Aku menyesal selama ini hanya belajar teknis hingga aku kurang bisa menyusun konsep untuk menciptakan karya (baca. karya audio visual)”. Statement dari salah satu teman saya.

Saya dan teman-teman saya juga teman saya dia atas sama-sama masih belajar di ranah audio visual ini. Ada sesuatu yang tergerak untuk saya deskripsikan, mungkin juga berusaha berpikir analitik untuk menanggapi statement salah satu teman belajar saya di atas. Teman saya tersebut, termasuk saya sempat terjebak dalam diskusi pembahasan “gaya” film. Sebagai sutradara harus mempunyai gaya dalam mentransformasikan teks ke dalam visual. Mungkin bagi saya, diksi “gaya” dalam film ini sedikit rumit.

Saya teringat kata-kata sesorang yang inspiratif, “Sebuah kaleng dapat dikemas oleh orang yang berbeda dengan teknik artistik yang menjadikannya sama-sama indah, tapi menilik siapa orang tersebut yang akan berbeda menyelipkan sesuatu yang tak terlihat di dalam kaleng sehingga beratnya menjadi tak sama jika dilempar ke kepala kita.”
 
;