Ketika Saya Overload

Hanya sekedar muntahan mesin... mungkin sekilas autobiografi, namun terlalu muluk, karena autobiografi dilegalkan bagi yang telah berhasil dalam pencapaian publik.. tapi, setidaknya untuk menghargai sejarah hidup ini,,, dan terangkum dalam Amartaniesme... check my vomit!!!Inilah upaya saya untuk memuntahkan semua yang menggelitik di otak, agar tidak overload dan mengkerak di alam bawah sadar saya sehingga mengganggu saya dengan mimpi-mimpi aneh yang tunggang langgang menjajaki malam-malam saya.

SELAMAT DATANG

untuk menikmati muntahan saya...
Senin, 15 Juli 2013

PERJALANAN SEORANG KELAMIN


Sampai sekarang saya bingung, apa sebenarnya hubungan antara kelamin dengan hati. Dulu ketika kelamin saya tak tersentuh, sepertinya hati saya baik-baik saja, berfungsi normal, dapat berkompromi dengan logika.

Perjalanan kelamin ini bermula dari kebodohan akan sebuah rasa. Rasa yang pertama kali muncul saat pertama kali kelamin tersetuh. Entah apa yang terjadi, saat kelamin itu kembang kempis sesak karena udara bekurang untuk menyempil masuk akibat benda tajam yang menusuk nusuk. Ada satu serabut neuron yang tumbuh lantang terus memanjang hingga mengakar di lumbung rasa.

Keadaan yang aneh, rasa bercampur toksik. Ia meluber leleh seperti es krim kepanasan. Perlahan menetes dan ada satu tetesan membeku abadi, keras dan tak terganggu gugat.

Sebenarnya tetesan itu adalah dendam, yang mengkerak menjadi fosil batu.  Fosil yang tak disadari, yang lama-lama mengganjal, sakit lah rasa diatasnya.

Dan saya ini menjadi sebuah tubuh yang menyimpan fosil batu yang mengkerak di bawah rasa. Tidak hanya satu tapi sudah terkumpul beberapa. Batu-batu akibat dari kebodohan semu akan pembagian genetik budaya dari benda-benda fisik dan non fisik dalam oposisi biner tai babi.

Sebenarnya rasa itu agung, manifestasi yang bersifat Ketuhanan, bersifat monolitik, bebas berkembang melayang mendobrak dualitas anjing.

Fosil yg menyebabkan rasa sakit, sepertinya adalah wujud dari peperangan antara ranah duniawi dan ketuhanan. Rasa itu tak mengenal dualitas. Tapi sampai kapanpun menjadi kambing hitam, korban dari dualitas

Rasa tak berkelamin, ghaib, metafisis, supra naturalis. Tapi kini rasa yang saya miliki mencium aura sakit, determinasi dari oposisi sehat.
Saya ingin menjadi Tuhan seperti Budha, mereka kehilangan rasa untuk moksa abadi. Lebih tepat mematikan rasa yang selalu dikambing hitamkan setiap saat, dipermaikan setiap waktu. agar saya tak lagi menjadi makhluk yang dapat merasakan dualitas ini. Bukan makhluk yang dipermaikan, makhluk sakit jiwa, yang hanya sementara waktu saja tidak dapat mengfungsikan rasa.

Akhirnya saya memilih menjadi makhluk yang seperwaktu saya sengaja saya buat hilang, untk sejenak menikmati sifat Ketuhanan. Dengan menghentikan fungsi otak sadar saya sehingga saya berada di ambang alam astral, alam yang dekat dengan sifat Ketuhanan. Terimakasih tumbuhan-tumbuhan berjiwa supra, telah membantu mengunci otak sadar saya. Yang telah menjadikan seperwaktu saya menjadi makhluk sakit jiwa, makhluk yang merasakan sifat Ketuhanan.

(Aku lebih baik dibenci  sebagai diriku sebenarnya, ketimbang jadi munafik untuk disukai orang…… Thanks Curt Cobain)


Amartanie Oktaviana
Jakarta, 6 Juli 2013
15:43 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
;