sepertinya malam ini adalah sebuah malam,
yang mendekamku dengan hujatan pasi...
Bahwa aku kecil,
kerdil,
tak mampu merangkak
menyusuri serpihan kekuatan yang tersisa
untuk bertahan pada arena yang kubangun sendiri...
aku pasrah,
tapi himpitan ini semakin sempit,
bahkan untuk menyeka butir rajukan bening
dari ujung mata ini saja,
tak ada sedikitpun ruang..
Ketika Saya Overload
Hanya sekedar muntahan mesin... mungkin sekilas autobiografi, namun terlalu muluk, karena autobiografi dilegalkan bagi yang telah berhasil dalam pencapaian publik.. tapi, setidaknya untuk menghargai sejarah hidup ini,,, dan terangkum dalam Amartaniesme... check my vomit!!!Inilah upaya saya untuk memuntahkan semua yang menggelitik di otak, agar tidak overload dan mengkerak di alam bawah sadar saya sehingga mengganggu saya dengan mimpi-mimpi aneh yang tunggang langgang menjajaki malam-malam saya.
SELAMAT DATANG
untuk menikmati muntahan saya...
by. Rijon - BicaraFilm.com
Sutradara: Marjane Satrapi & Vincent Paronnaud
Diadaptasi dari novel grafis Persepolis karya Marjane Satrapi.
Dewasa ini, ketika animasi-animasi Amerika berkutat seputar CGI-CGI imut nan lucu (biasanya binatang yang ditampilkan semenggemaskan mungkin) yang melakukan hal-hal yang tidak kalah lucunya, animator di luar Amerika malah berusaha menampilkan film-film animasi di luar batas konvensional tersebut. Persepolis ini misalnya, yang bisa juga dibilang autobiografi Marjane Satrapi sendiri, termasuk salah satu animasi yang berani, baik secara artistik maupun secara kontekstual.
Sutradara: Marjane Satrapi & Vincent Paronnaud
Diadaptasi dari novel grafis Persepolis karya Marjane Satrapi.
Dewasa ini, ketika animasi-animasi Amerika berkutat seputar CGI-CGI imut nan lucu (biasanya binatang yang ditampilkan semenggemaskan mungkin) yang melakukan hal-hal yang tidak kalah lucunya, animator di luar Amerika malah berusaha menampilkan film-film animasi di luar batas konvensional tersebut. Persepolis ini misalnya, yang bisa juga dibilang autobiografi Marjane Satrapi sendiri, termasuk salah satu animasi yang berani, baik secara artistik maupun secara kontekstual.
Api yang merah, merah adalah pantulan seriungan wajah matahari terbakar amarah saat menunggu gelap datang melahap. Angin yang kuning, kuning adalah buratan cahaya menyelinap meraba pagi tatkala menjelang. Tanah yang hitam, hitam adalah pertanda gelap awal sesuatu untuk mengucap selamat tinggal kepada malam yang segera terkunci dalam relung lautan terdalam. Air yang putih, putih adalah hasil dari sebuah upaya untuk meraih cahaya penglihatan menuju terang.
***
”Keparat, perempuan bangsat”
“Sundal terkutuk!!!”
“Kehormatan paling hina, manusia terlaknat.”
Kata
orang dia itu parasit, selalu menumpang hidup ketika ada kesempatan menjemput.
Wajar saja jika ada yang menyebutnya Gurem, berpindah dari satu Ayam Jantan ke
Ayam Jantan yang lainnya. Tapi aku tahu dia bukan Gurem sembarang Gurem,
kulitnya putih mulus, badannya menjulang tinggi, bokong dan panyudaranya
sama-sama menyembul. Ayam Jantan mana yang tahan melihat dia mengeliatkan tubuh
hingga lekuk-lekuk menggairahkan itu mengisratkan hasrat untuk bercinta.
Bapaknya
juga selalu mempunyai Gurem, dipelihara bahkan dibawanya ke rumah.
Malam
yang menggelayutkan bulan di atas jembatan Gondolayu sebelah timur Tugu
Yogyakarta menapaki jejak Dorlan dan Gilang yang tercatat sebagai anggota punk
Wirobrajan. Tak seperti malam-malam biasanya mereka berada di atas aliran Kali
Code yang membelah kota Jogja bersama segerombolan kawan-kawan punk jalanan,
saling beradu dengan lampu jalan serta cahaya bulan yang jatuh keemasan di atas
aliran air itu. Malam ini nampaknya bulan serasa luruh di pangkuan mereka,
Dorlan dan Gilang hanya berdua duduk di tepi trotoar jalan sambil meneguk
bergantian sebotol kahlua yang terisi dalam botol bekas air mineral. Minuman
yang biasa menjadi menu tiap malam bersama kawan-kawan jalanan mereka. Tak satu
pun dari wajah dua bocah berusia sembilan belas tahun itu memperlihatkan efek
alkohol yang mereka teguk, namun mata Gilang tak mampu menyembunyikan sesuatu,
tampak merah meski bukan karena kehangatan alkohol hasil olahan daerah Pajeksan
gang kecil di areal Malioboro, yang menjadi langganan pengemar minuman produksi
rumahan.
Dorlan
melihat beda kawan karibnya itu, ada sesuatu yang lain malam ini, Dorlan berani
menebak bahwa Gilang mempunyai satu masalah yang membuatnya tersudut menjadi
bulir-bulir air mata yang tak segera jatuh namun menjadikan sepasang matanya
merah membara.
Fraza terlalu kecil untuk mengerti semua, dalam tubuh mungilnya ia hanya mepunyai ukuran otak separuh orang dewasa, tentu saja karena Fraza hanyalah anak berumur sembilan tahun, namun kemampuan yang dimiliki melebihi anak seusianya. Fraza pandai bermain kata-kata, bakat itu diturunkan dari ibunya yang seorang wartawan harian lokal. Ia tinggal berdua dengan Reza, ibunya. Tiga tahun lalu orangtuanya bercerai. Sejak sekolah di taman kanak-kanak ia memperlihatkan tingkah yang aneh, Fraza pemberani bahkan kadang-kadang wajah lucu itu tak patas memiliki keberanian menantang bahaya. Cara bertutur dan suka bercerita lah membuat gadis kecil yang selalu bergaya rambut pendek ini membuat gemas orang-orang yang mendengar tiap kali ia bertutur dengan intonasi lentur. Pelajaran bahasa Indonesia menjadi salah satu favoritnya, Fraza adalah murid kesayangan guru pada pelajaran itu, tak lain karena ia pandai mengarang. Kali ini di kelas tiga Fraza mendapat tugas mengarang cerita tentang hari kartini. Ingatannya langsung berputar pada pengalaman kecil saat berada di TK O besar.
***
Siang itu tak seperti biasanya, sekolah TK Islam Terpadu yang terletak di daerah Sagan dekat Universitas Gajah Mada Yogyakarta menjadi saksi jiwa pemberani Fraza. Hari yang panas menyambut anak-anak kecil berlarian keluar dari kelas,
***
Siang itu tak seperti biasanya, sekolah TK Islam Terpadu yang terletak di daerah Sagan dekat Universitas Gajah Mada Yogyakarta menjadi saksi jiwa pemberani Fraza. Hari yang panas menyambut anak-anak kecil berlarian keluar dari kelas,
perjuangan bagiku adalah mengumpulkan segenap energi hingga batas kemampuan yang aku miliki... kadang sebuah perjuangan itu terasa sakit.. yah proses yang panjang hingga akhir... tapi apakah perjuangan kali ini benar-benar diluar batas kemampuannku... entahlah.. aku hanya berjuang meski kadang terdengar sedikit cibiran... "diluar batas kemampuan..."
Entah telah banyak yang tahu atau tidak, salah satu prosedur masuk kepolisian wanita, yakni harus melewati tes kesehatan, dan diantara beberapa pemeriksanaan kesehatan tersebut, para pendaftar harus melakukan tes keperawanan yang dilakukan oleh dokter wanita.
Apa sebenarnya makna dari tes keperawanan ini?? Jika tes keperawanan menjadi salah satu dari serangkaian tes kesehatan, tentunya tes kesehatan sendiri pastilah bertujuan untuk menyeleksi peserta dengan kriteria standarisasi fisik, yaitu akan dinyatakan bahwa peserta tidak mempunyai penyakit apapun alias sehat, yang dapat mempengaruhi kerja seorang polisi wanita nantinya. Sementara keperawanan yang harus di tes, bukan lagi kriteria yang berhubungan dengan kesehatan dan sama sekali tidak mempengaruhi kwalitas kerja fisik.
Apa sebenarnya makna dari tes keperawanan ini?? Jika tes keperawanan menjadi salah satu dari serangkaian tes kesehatan, tentunya tes kesehatan sendiri pastilah bertujuan untuk menyeleksi peserta dengan kriteria standarisasi fisik, yaitu akan dinyatakan bahwa peserta tidak mempunyai penyakit apapun alias sehat, yang dapat mempengaruhi kerja seorang polisi wanita nantinya. Sementara keperawanan yang harus di tes, bukan lagi kriteria yang berhubungan dengan kesehatan dan sama sekali tidak mempengaruhi kwalitas kerja fisik.
KARTINI DICIPTAKAN BELANDA
IndonesiaSeni.com - Sosok R.A. Kartini dan Hari Kartini selalu menarik untuk didiskusikan di bulan April ini. Bagaimana tidak, banyak sejarawan yang “menggugat” sosok Kartini dan Hari Kartini. Contohnya saja, pada dekade 1980-an, guru besar Universitas Indonesia, Prof. Dr. Harsya W. Bachtiar dalam tulisannya “Kartini dan Peranan Wanita dalam Masyarakat Kita” di buku Satu Abad Kartini mengemukakan bahwa kita mengambil alih Kartini sebagai lambang emansipasi wanita di Indonesia dari orang-orang Belanda. Kita tidak menciptakan sendiri lambang budaya ini, meskipun kemudian kitalah yang mengembangkannya. Intinya, ia menggugat pengkultusan Kartini sebagai pahlawan nasional Indonesia. Lalu, pada 9 April 2009, sejarawan Persis, Tiar Anwar Bachtiar juga mengungkapkan hal senada. Dalam artikelnya “Mengapa Harus Kartini?” di Jurnal Islamia (INSISTS-Republika) edisi 9 April 2009, ia menulis bahwa masih banyak tokoh perempuan lain yang lebih mengesankan dalam hal pemikiran dibandingkan Kartini. Ia mencontohkan di antaranya Dewi Sartika di Bandung dan Rohana Kudus di Padang.
IndonesiaSeni.com - Sosok R.A. Kartini dan Hari Kartini selalu menarik untuk didiskusikan di bulan April ini. Bagaimana tidak, banyak sejarawan yang “menggugat” sosok Kartini dan Hari Kartini. Contohnya saja, pada dekade 1980-an, guru besar Universitas Indonesia, Prof. Dr. Harsya W. Bachtiar dalam tulisannya “Kartini dan Peranan Wanita dalam Masyarakat Kita” di buku Satu Abad Kartini mengemukakan bahwa kita mengambil alih Kartini sebagai lambang emansipasi wanita di Indonesia dari orang-orang Belanda. Kita tidak menciptakan sendiri lambang budaya ini, meskipun kemudian kitalah yang mengembangkannya. Intinya, ia menggugat pengkultusan Kartini sebagai pahlawan nasional Indonesia. Lalu, pada 9 April 2009, sejarawan Persis, Tiar Anwar Bachtiar juga mengungkapkan hal senada. Dalam artikelnya “Mengapa Harus Kartini?” di Jurnal Islamia (INSISTS-Republika) edisi 9 April 2009, ia menulis bahwa masih banyak tokoh perempuan lain yang lebih mengesankan dalam hal pemikiran dibandingkan Kartini. Ia mencontohkan di antaranya Dewi Sartika di Bandung dan Rohana Kudus di Padang.
saya mengambilnya dari blog papabonbon yang menurut saya sangat keren, berikut ulaannya tentang kartini, semoga terbaca dalam blog saya...
Kartini sebagai Gerakan Anti Feminisme
Posted: April 21, 2008 by papabonbon in Politik
16
Dalam masa ber-islam-nya, kartini telah menemukan pencerahan dalam tahapan ini ada tiga sikap yang dipeluk Kartini. Mendukung Poligami, Domestifikasi Perempuan dan Anti Barat. Tidak percaya ? Berikut ini buktinya :
1. Kartini Sendiri Berpoligami
Kartini menikah dengan bupati Rembang, Raden Adipati Joyodiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903.
Kartini sebagai Gerakan Anti Feminisme
Posted: April 21, 2008 by papabonbon in Politik
16
Dalam masa ber-islam-nya, kartini telah menemukan pencerahan dalam tahapan ini ada tiga sikap yang dipeluk Kartini. Mendukung Poligami, Domestifikasi Perempuan dan Anti Barat. Tidak percaya ? Berikut ini buktinya :
1. Kartini Sendiri Berpoligami
Kartini menikah dengan bupati Rembang, Raden Adipati Joyodiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903.
Saya pernah merangkum tentang misogisme dari beberapa buku yang membahas lahirnya budaya patriarkhi dan meneguhkan hipotesa gender yang pada akhirnya menciptakan sebuah konvensi sosial atas dualisme. Mungkin secara garis besarnya seperti ini…
Membaca Awal Terciptanya Budaya Patriarkhi Sejak Jaman Komunal Primitif
Dalam buku Beyond Power, yang ditulis oleh Marilyn French (1986).
Dunia yang dimulai kurang lebih 4500 juta tahun yang lalu, hanya 8 juta tahun yang lalu dihidupi binatang, dan baru 4 sampai 5 juta tahun yang lalu dihidupi manusia jenis monyet. Manusia ini digambarkan sebagai manusia seperti monyet yang berjalan di atas dua kaki dan memiliki otak kecil. Makhluk ini bertahan sampai satu setengah juta tahun. Pada berjuta-juta tahun kemudian ber-evolusi makhluk-makhluk lainnya, sampai kemudian bertahan makhluk yang terakhir karena adanya survival of the fittest (pertahanan makhluk yang terbaik).
Membaca Awal Terciptanya Budaya Patriarkhi Sejak Jaman Komunal Primitif
Dalam buku Beyond Power, yang ditulis oleh Marilyn French (1986).
Dunia yang dimulai kurang lebih 4500 juta tahun yang lalu, hanya 8 juta tahun yang lalu dihidupi binatang, dan baru 4 sampai 5 juta tahun yang lalu dihidupi manusia jenis monyet. Manusia ini digambarkan sebagai manusia seperti monyet yang berjalan di atas dua kaki dan memiliki otak kecil. Makhluk ini bertahan sampai satu setengah juta tahun. Pada berjuta-juta tahun kemudian ber-evolusi makhluk-makhluk lainnya, sampai kemudian bertahan makhluk yang terakhir karena adanya survival of the fittest (pertahanan makhluk yang terbaik).
Langganan:
Postingan (Atom)