Tweet |
kadang-kadang terasa miris, tragis, kadang juga penuh romantis.
Saat lamunan tak hentinya mengelayut,
saya paham bahwa semua kejadian hanya saya lihat dengan mata,
dari balik jendela,
yang membatasi pandangan saya.
Ya.. jendela itu adalah frame,
seperti layar yang menyajikan sebuah tontonan,
saya menikmatinya,
bahkan sampai menangis karena terlalu merasakannya.
Apakah orang di luar sana akan merasakan hal yang sama,
ketika melihat saya yang berada di balik jendela,
dengan duka dan tawa,
dan mereka melihat refleksi saya.
Atau mereka hanya melihat siluet
karena kelambu saya pasang di bibir jendela…
Jogja, 26 November 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar