Ketika Saya Overload

Hanya sekedar muntahan mesin... mungkin sekilas autobiografi, namun terlalu muluk, karena autobiografi dilegalkan bagi yang telah berhasil dalam pencapaian publik.. tapi, setidaknya untuk menghargai sejarah hidup ini,,, dan terangkum dalam Amartaniesme... check my vomit!!!Inilah upaya saya untuk memuntahkan semua yang menggelitik di otak, agar tidak overload dan mengkerak di alam bawah sadar saya sehingga mengganggu saya dengan mimpi-mimpi aneh yang tunggang langgang menjajaki malam-malam saya.

SELAMAT DATANG

untuk menikmati muntahan saya...
Sabtu, 15 Januari 2011 0 komentar

Virginitas: Tatanan dan Takaran Moralitas

Entah telah banyak yang tahu atau tidak, salah satu prosedur masuk kepolisian wanita, yakni harus melewati tes kesehatan, dan diantara beberapa pemeriksanaan kesehatan tersebut, para pendaftar harus melakukan tes keperawanan yang dilakukan oleh dokter wanita.




Apa sebenarnya makna dari tes keperawanan ini?? Jika tes keperawanan menjadi salah satu dari serangkaian tes kesehatan, tentunya tes kesehatan sendiri pastilah bertujuan untuk menyeleksi peserta dengan kriteria standarisasi fisik, yaitu akan dinyatakan bahwa peserta tidak mempunyai penyakit apapun alias sehat, yang dapat mempengaruhi kerja seorang polisi wanita nantinya. Sementara keperawanan yang harus di tes, bukan lagi kriteria yang berhubungan dengan kesehatan dan sama sekali tidak mempengaruhi kwalitas kerja fisik.
Sabtu, 08 Januari 2011 0 komentar

Kritik Tentang "Kartini" oleh Fandy Hutari

KARTINI DICIPTAKAN BELANDA

IndonesiaSeni.com - Sosok R.A. Kartini dan Hari Kartini selalu menarik untuk didiskusikan di bulan April ini. Bagaimana tidak, banyak sejarawan yang “menggugat” sosok Kartini dan Hari Kartini. Contohnya saja, pada dekade 1980-an, guru besar Universitas Indonesia, Prof. Dr. Harsya W. Bachtiar dalam tulisannya “Kartini dan Peranan Wanita dalam Masyarakat Kita” di buku Satu Abad Kartini mengemukakan bahwa kita mengambil alih Kartini sebagai lambang emansipasi wanita di Indonesia dari orang-orang Belanda. Kita tidak menciptakan sendiri lambang budaya ini, meskipun kemudian kitalah yang mengembangkannya. Intinya, ia menggugat pengkultusan Kartini sebagai pahlawan nasional Indonesia. Lalu, pada 9 April 2009, sejarawan Persis, Tiar Anwar Bachtiar juga mengungkapkan hal senada. Dalam artikelnya “Mengapa Harus Kartini?” di Jurnal Islamia (INSISTS-Republika) edisi 9 April 2009, ia menulis bahwa masih banyak tokoh perempuan lain yang lebih mengesankan dalam hal pemikiran dibandingkan Kartini. Ia mencontohkan di antaranya Dewi Sartika di Bandung dan Rohana Kudus di Padang.
0 komentar

tulisan yang keren tentang "Kartini"

saya mengambilnya dari blog papabonbon yang menurut saya sangat keren, berikut ulaannya tentang kartini, semoga terbaca dalam blog saya...



Kartini sebagai Gerakan Anti Feminisme

Posted: April 21, 2008 by papabonbon in Politik
16

Dalam masa ber-islam-nya, kartini telah menemukan pencerahan dalam tahapan ini ada tiga sikap yang dipeluk Kartini. Mendukung Poligami, Domestifikasi Perempuan dan Anti Barat. Tidak percaya ? Berikut ini buktinya :

1. Kartini Sendiri Berpoligami

Kartini menikah dengan bupati Rembang, Raden Adipati Joyodiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903.
0 komentar
adalah setetes air samudra yang meminta untuk kuteguk…
hingga seratus tahun tak lagi kurasa kan dahaga…

itulah dirimu…
0 komentar

Jendela dan Paradigma

Saya tertegun menyaksikan dunia luar dari balik jendela kamar saya..
kadang-kadang terasa miris, tragis, kadang juga penuh romantis.
Saat lamunan tak hentinya mengelayut,
saya paham bahwa semua kejadian hanya saya lihat dengan mata,
dari balik jendela,
yang membatasi pandangan saya.
0 komentar

Tanggapan Saya Tentang Misogini dan Perjuangan Perempuan

Saya pernah merangkum tentang misogisme dari beberapa buku yang membahas lahirnya budaya patriarkhi dan meneguhkan hipotesa gender yang pada akhirnya menciptakan sebuah konvensi sosial atas dualisme. Mungkin secara garis besarnya seperti ini…


Membaca Awal Terciptanya Budaya Patriarkhi Sejak Jaman Komunal Primitif

Dalam buku Beyond Power, yang ditulis oleh Marilyn French (1986).
Dunia yang dimulai kurang lebih 4500 juta tahun yang lalu, hanya 8 juta tahun yang lalu dihidupi binatang, dan baru 4 sampai 5 juta tahun yang lalu dihidupi manusia jenis monyet. Manusia ini digambarkan sebagai manusia seperti monyet yang berjalan di atas dua kaki dan memiliki otak kecil. Makhluk ini bertahan sampai satu setengah juta tahun. Pada berjuta-juta tahun kemudian ber-evolusi makhluk-makhluk lainnya, sampai kemudian bertahan makhluk yang terakhir karena adanya survival of the fittest (pertahanan makhluk yang terbaik).
 
;