Ketika Saya Overload

Hanya sekedar muntahan mesin... mungkin sekilas autobiografi, namun terlalu muluk, karena autobiografi dilegalkan bagi yang telah berhasil dalam pencapaian publik.. tapi, setidaknya untuk menghargai sejarah hidup ini,,, dan terangkum dalam Amartaniesme... check my vomit!!!Inilah upaya saya untuk memuntahkan semua yang menggelitik di otak, agar tidak overload dan mengkerak di alam bawah sadar saya sehingga mengganggu saya dengan mimpi-mimpi aneh yang tunggang langgang menjajaki malam-malam saya.

SELAMAT DATANG

untuk menikmati muntahan saya...
Senin, 19 Agustus 2013

EMPAT CINTA SEJATI


Bercinta adalah kata konotatif dari kegiatan kelamin yang bertemu dan saling menikmati tubuh sampai mendapat kepuasan satu sama lain, kata lainnya adalah bersetubuh.
Bercinta berarti mempersatukan tubuh dengan cinta, meemberi cinta yang ada dalam hati dan menerima cinta dengan hati.
Cinta sejati itu cinta yang tak akan pernah mati.. ada 4 cinta sejati bagi saya.
Buat saya cinta sejati itu adalah cinta kepada Tuhan, karena saya bersetubuh dengan Tuhan, bercinta dengan Tuhan, dalam tubuh saya tersimpan unsur-unsur ke-Tuhanan, unsur-unsur yang senyawanya tidak dapat didefinisikan dan dipecah menjadi ion negatif, positif atau netral. Unsur gaib,  yang hanya bisa dirasa namun tak dapat dicitra dengan panca indra. Unsur ini tak dapat pula dipecah menjadi oposisi biner. Unsur yang bersifat monolitik bersifat ke-Tuhanan. Yakni pikiran, perasaan, ingatan, kesadaran serta jiwa yang menjadi pusat dari segala apapun yang ada di dalam diri saya. Inilah bukti bahwa saya bersetubuh dengan Tuhan, saya mencintai Tuhan, karena Dia menyatu mengalir dalam diri saya selamanya.
Cinta sejati saya adalah alam semesta, diri saya ini gambaran alam semesta yang kecil, mikro kosmos, karena dalam diri saya ada materi-materi dasar alam semesta, air, api, udara dan tanah. Saya bersetubuh dengan alam semesta, dan cinta saya mengalir kepadanya pun cintanya juga mengalir alami menyatu dalam tubuh saya yang bersifat kasat, naturalisme abadi.
Cinta sejati saya adalah orangtua, saya bersetubuh dengan mereka, karena mereka saya menjadi manusia . gen, kromosom, senyawa, ion penyusun tubuh saya berasal dari mereka. Saya mencintai bereka karena mereka akan berada dalam tubuh saya selamanya. Pun mereka, cinta mereka tak bisa pudar oleh apapun kepada saya, mereka menjadi teman semenjak saya mulai tumbuh sempurna di dalam rahim ibu saya. Menjadi teman saat pertama kali saya bernafas di dunia ini, rela menyerahkan seluruh hidupnya untuk saya, rela memberi keringat yang banyak agar saya terus hidup hingga saya dewasa sekarang. Mereka tulus, tak minta imbalan apapun dari diri saya, tak pernah lelah, tak pernah mengeluh meski saya akhirnya tak sesuai dengan harapan mereka, mereka tetap menerima saya apa adanya, merekalah teman nyata yang terhebat di dunia ini.
Cinta sejati saya yang abadi adalah anak saya kelak, bagian dari tubuh saya menyatu kepadanya. Dia bersetubuh dengan diri saya hingga akhir hayatnya. Saya akan mencintainya selamanya.

Sedangkan kau seorang teman yang nantinya besedia menjadi teman saya dalam waktu yang lama, menjadi teman yang bersedia menghadirkan teman-teman baru yang akan lahir dari rahim saya, yang akan mengaku mencintai saya. Tapi kau bukan lah cinta sejati saya, kita hanya sebatas teman yang mempersatukan tubuh sementara, hanya menempelkan kulit, kita tak bisa bersatu, kita tak mampu bersetubuh abadi, tak mampu bercinta abadi, hanya sebagai teman yang memberikan separuh sisa hidup satu sama lain. Hanya teman yang saling mendapat adrenalin dari kegiatan kelamin kita yang butuh rangsangan, hanya teman yang saling membantu mengeluarkan hormon dophamin di otak kita dari hubungan seksual yang kita lakukan. Kau itu yang akan tersebut sebagai suami saya kelak. Saya tidak akan meminta maaf karena cinta sejati itu tak bisa dan mutlak bukan kepada-mu, karena sebenarnya kita tak mampu meraih cinta sejati berdua, kita tak sanggup melampaui batas alami, kita harus menyadari bahwa tak ada media untuk kita bersetubuh abadi. Kita harus menerima bahwa kita hanya bisa saling berteman, saling menyayangi, sampai jiwa ini terlepas dari tubuh, saya atau kau terlebih dahulu. saya tidak janji akan bisa menemani dan menjadi teman baik tapi saya akan berusaha sampai batas kemampuan saya, saya akan memberikan sisa hidup saya, masa depan saya yang telah saya susun dan siapkan, yang telah orangtua saya siapkan, yang telah guru-guru saya siapkan. Saya akan berusaha keras memberikan itu kepada-mu. Dan sebagai teman yang baik saya tak meminta imbalan apapun dari-mu, saya akan belajar menjadi teman yang baik dari orangtua saya, seorang teman hebat yang memberikan segalanya kepada saya tanpa meminta imbalan apapun.



Amartanie Oktaviana
Bogor, 19 Agustus 2013
14.10 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
;