Tweet |
Bercinta adalah kata konotatif
dari kegiatan kelamin yang bertemu dan saling menikmati tubuh sampai mendapat
kepuasan satu sama lain, kata lainnya adalah bersetubuh.
Bercinta berarti mempersatukan
tubuh dengan cinta, meemberi cinta yang ada dalam hati dan menerima cinta
dengan hati.
Cinta sejati itu cinta yang tak
akan pernah mati.. ada 4 cinta sejati bagi saya.
Buat saya cinta sejati itu adalah
cinta kepada Tuhan, karena saya bersetubuh dengan Tuhan, bercinta dengan Tuhan,
dalam tubuh saya tersimpan unsur-unsur ke-Tuhanan, unsur-unsur yang senyawanya
tidak dapat didefinisikan dan dipecah menjadi ion negatif, positif atau netral.
Unsur gaib, yang hanya bisa dirasa
namun tak dapat dicitra dengan panca indra. Unsur ini tak dapat pula dipecah
menjadi oposisi biner. Unsur yang bersifat monolitik bersifat ke-Tuhanan. Yakni
pikiran, perasaan, ingatan, kesadaran serta jiwa yang menjadi pusat dari segala
apapun yang ada di dalam diri saya. Inilah bukti bahwa saya bersetubuh dengan
Tuhan, saya mencintai Tuhan, karena Dia menyatu mengalir dalam diri saya
selamanya.
Cinta sejati saya adalah
orangtua, saya bersetubuh dengan mereka, karena mereka saya menjadi manusia .
gen, kromosom, senyawa, ion penyusun tubuh saya berasal dari mereka. Saya
mencintai bereka karena mereka akan berada dalam tubuh saya selamanya. Pun
mereka, cinta mereka tak bisa pudar oleh apapun kepada saya, mereka menjadi
teman semenjak saya mulai tumbuh sempurna di dalam rahim ibu saya. Menjadi
teman saat pertama kali saya bernafas di dunia ini, rela menyerahkan seluruh
hidupnya untuk saya, rela memberi keringat yang banyak agar saya terus hidup
hingga saya dewasa sekarang. Mereka tulus, tak minta imbalan apapun dari diri
saya, tak pernah lelah, tak pernah mengeluh meski saya akhirnya tak sesuai
dengan harapan mereka, mereka tetap menerima saya apa adanya, merekalah teman
nyata yang terhebat di dunia ini.
Cinta sejati saya yang abadi
adalah anak saya kelak, bagian dari tubuh saya menyatu kepadanya. Dia
bersetubuh dengan diri saya hingga akhir hayatnya. Saya akan mencintainya
selamanya.
Sedangkan kau seorang teman yang
nantinya besedia menjadi teman saya dalam waktu yang lama, menjadi teman yang
bersedia menghadirkan teman-teman baru yang akan lahir dari rahim saya, yang
akan mengaku mencintai saya. Tapi kau bukan lah cinta sejati saya, kita hanya
sebatas teman yang mempersatukan tubuh sementara, hanya menempelkan kulit, kita
tak bisa bersatu, kita tak mampu bersetubuh abadi, tak mampu bercinta abadi,
hanya sebagai teman yang memberikan separuh sisa hidup satu sama lain. Hanya
teman yang saling mendapat adrenalin dari kegiatan kelamin kita yang butuh
rangsangan, hanya teman yang saling membantu mengeluarkan hormon dophamin di
otak kita dari hubungan seksual yang kita lakukan. Kau itu yang akan tersebut
sebagai suami saya kelak. Saya tidak akan meminta maaf karena cinta sejati itu
tak bisa dan mutlak bukan kepada-mu, karena sebenarnya kita tak mampu meraih
cinta sejati berdua, kita tak sanggup melampaui batas alami, kita harus
menyadari bahwa tak ada media untuk kita bersetubuh abadi. Kita harus menerima
bahwa kita hanya bisa saling berteman, saling menyayangi, sampai jiwa ini
terlepas dari tubuh, saya atau kau terlebih dahulu. saya tidak janji akan bisa
menemani dan menjadi teman baik tapi saya akan berusaha sampai batas kemampuan
saya, saya akan memberikan sisa hidup saya, masa depan saya yang telah saya
susun dan siapkan, yang telah orangtua saya siapkan, yang telah guru-guru saya
siapkan. Saya akan berusaha keras memberikan itu kepada-mu. Dan sebagai teman
yang baik saya tak meminta imbalan apapun dari-mu, saya akan belajar menjadi
teman yang baik dari orangtua saya, seorang teman hebat yang memberikan
segalanya kepada saya tanpa meminta imbalan apapun.
Amartanie Oktaviana
Bogor, 19 Agustus 2013
14.10 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar