Tweet |
Aku lahir waktu
itu sendiri, semenjak aku belum mengerti apa-apa, Ibu dan Bapak saja yag
menemani, membantu belajar bicara, membantu pertama kali kakiku bias melangkah,
hingga membantu bermain, dan membantu mencarikan serta menjagaku dengan teman
sebaya untuk aku belajar bersosialisasi.
Jika aku anak
pertama, orangtuaku menganggap aku sendiri lalu mereka menghadirkan saudara
untuk menemaniku di rumah.
Dan aku beranjak
besar, di sekolah, di lingkungan tetangga, di sanggar, di tempat belajar agama.
Aku kenal orang-orang baru yang menjadi teman bagiku. Aku dan temanku belajar
berpikir bersama, belajar saling memahami satu sama lain. Ada diantara mereka
yang mengaku sahabat.
Lalu aku semakin
beranjak dewasa dengan tanda kelamin ini telah memperkerjakan hormon-hormonnya.
Aku mendapat teman baru yang mampu menemani hormonku dengan impuls yang
mengirim kelaminku menjadi berdenyut dan merangsang adrenalin serta
mengeluarkan hormon dophamin dari otakku. Dan dia mengaku sebagai pacar, mengaku mencintai, dan
memberi harapan untuk menemani sampai mati. Teman yang seperti ini muncul dan
hilang.
Ternyata teman
yang baik itu tidak meminta imbalan apapun dari diri kita meskipun ia telah
memberi sesuatu yang paling berharga kepada kita.
Teman yang baik
itu Tuhan,
Teman yang baik
itu alam semesta,
Ibu dan Bapak,
Teman yang baik
itu mereka yang mengaku teman,
Aku mencintai
mereka melebihi pacar, tapi teman baik di atas hanya akan tersisa Tuhan dan
alam semesta saat kita semakin dewasa kelak, dan kita harus mencari teman yang
bersedia menemani kita sampai diujung waktu dewasa telah habis dan memberi
semua kebutuhan tanpa meminta imbalan apapun, mereka adalah yang akan mengaku
sebagai suami atau istri.
Tapi teman yang
seperti ini juga tak bias selmanya akan menemani kita jika waktu dewanya habis
terlebih dulu dari pada kita. Sehingga kita harus menghadirkan teman baru,
mereka adalah anak. Jika tubuh ini nantinya berkerut tak berdaya, tapi jiwa
masih menyatu dengan tubuh. Tak aka nada orangtua, tak ada teman, tak ada suami
atau istri. Hanya Tuhan, alam semesta dan anak yang akan menemani kita.
Amartanie Oktaviana
Jakarta, 18 Agustus 2013
21.25 WIB
2 komentar:
Wah ini yang mengiatkan aq pada teman dan rasa cinta yang belum terungkap hingga dan aku terus mencari dimana dia yang ku anggap teman serta cinta dikala aku mulai bisa merasakan cinta antara llawan jenes semoga kelak aq bisa bertemu dia walau sesaat
Sebenarnya kita lahir tidak sendiri ana kalo menurut orang jawa
Posting Komentar