Ketika Saya Overload

Hanya sekedar muntahan mesin... mungkin sekilas autobiografi, namun terlalu muluk, karena autobiografi dilegalkan bagi yang telah berhasil dalam pencapaian publik.. tapi, setidaknya untuk menghargai sejarah hidup ini,,, dan terangkum dalam Amartaniesme... check my vomit!!!Inilah upaya saya untuk memuntahkan semua yang menggelitik di otak, agar tidak overload dan mengkerak di alam bawah sadar saya sehingga mengganggu saya dengan mimpi-mimpi aneh yang tunggang langgang menjajaki malam-malam saya.

SELAMAT DATANG

untuk menikmati muntahan saya...
Minggu, 26 Februari 2012

Kisah Sang Singa Betina

#1
Aku tak lebih baik dari seekor babi, rakus, dan berhasrat liar melepas dahaga dalam pelukan babi-babi yang lain, tak peduli lawan ataupun sejenis. Entah apa yang membuat hasratku waktu itu menggelegar liar, yang ku tahu, aku enggan dan sama sekali tak ada ingin untuk meninggalkanmu, aku sungguh menginginkanmu selamanya. 

Aku seperti berada dalam lingkaran setan, serasa bahagia namun tersiksa, lalu menghancurkanku, berkeping-keping. Kau kekasihku saat aku benar-benar lugu, dan keliaranku datang memisahkan dirimu dariku tanpa inginku. Sungguh masih lugu kala kau mengajariku mencicipi arti cinta dan dosa. Lalu dosa itu mengusikku, menumpuk dan menenggelamkanku dalam jiwa terpuruk, hingga apa arti dosa, hilang sudah di atas kesadaran jiwa.

Titik, entah apa seketika tiba, sungguh dingin pelukanmu, tak berasa. Aku lari, lari ke dalam sesuatu yang hangat dan nyaman serasa di diri, dan aku tiba-tiba menjadi seekor babi, memeluk babi-babi lain dalam hasrat rasa nyaman yang kucari. Sangat sadar aku menyakitimu dalam ke-babi-an ku. Babi-babi lawan jenis itu memberi selimut hangat, namun sama sekali aku tak mengiginkannya untuk menemaniku hidup, hanya kamu inginku.

Titik, entah apa datang lagi dalam kegelisahan dan rasa sayangku padamu, semakin tak berasa pelukanmu juga babi-babi lawan jenis itu, ku rengkuh babi sejenis yang membuatku terbius. Asing, namun hangat menemani jalanku yang tergopoh-gopoh mengejarmu. Tak ada ingin lagi dalam diri mengajak babi sejenis itu untuk hidup bersamaku, dan hanya kamu.

Semakin aku sadar bahwa diri ini enggan lepas darimu, aku mengiginkanmu kala pada titik itu, tapi aku enggan meninggalkan hidupku yang menjadi tak lugu, dan aku kembali pada babi tak sejenis. Nyaman, lagi-lagi aku enggan untuk hidup selamanya dengan babi itu, hanya kamu, hanya kamu. Lalu kamu memilih meninggalkanku saat jiwa terpuruk dan sakit menggigit. Saat kesadaran otakku terpotang-panting di antara hidupku yang tak lugu, dan kamu menyalahkanku, karena aku memilih menjadi babi, karena aku tak memilih pilihanmu yang mengaku bukan seekor babi, dan aku membalikkan lembar ketidaktahuanku sampai aku tersebut menjadi babi rakus tak terurus.

Yah, tumpukan dosa yang menenggelamkanku dan meng-kerak di atas palung terdalam, dosa yang aku tahu setelah mengenalmu, hingga berani aku bilang bahwa babi itu sebenarnya tersemat dalam jiwamu namun meledak dalam jiwaku. Terselamatkanlah dirimu, akhirnya dalam jiwa yang tersemat itu, tak ada yang menyebutmu babi. Tinggallah diriku sendiri, sepi, merintih dengan julukan babi rakus tak terurus, menjelmalah kini dirimu dalam kebahagian bersama dewi terpilih yang membawamu melayang utuh tanpa memperlihatkan ke-babian.



#2

Dan julukan babi itu masih melekat padaku, sampai pada saat itu kutemukan bukan se-ekor babi menawariku membopong berjalan dalam kepincangan. Meski inginku tak sepenuhnya hilang untuk bersamamu, bukan se-ekor babi itu, memberiku hidup baru, walaupun dalam ketidakluguanku, akhirnya aku tak menjadi se-ekor babi yang rakus, hanya dia dalam jalanku kini, aku sebut diriku singa betina, aku liar namun hanya dialah tumpahan hasrat jiwa, dan dialah singa jantanku.

Detik demi detik yang lambat kuhapus inginku untuk memilikimu, aku hanya mau berjalan dengan singa jantanku meskipun dia keras dan sewaktu-waktu mampu menerkamku, tapi kusanggupi untuk menjadi singa betina yang setia.

Dan apakah mungkin aku salah dalam ke-singa-an ku?
dan apa mungkin aku salah menyebutnya singa jantan?
 
Singa jantanku tersandung dan menjelma menjadi babi, bersama babi betina ia menumpahkan hasrat, apakah singa jantanku muak dengan keliaranku sebagai se-ekor singa betina? yang terlihat tak lembut, kusut, tidak seperti seeokor babi betina dengan kulit lembut semu merah kemudaan, selayaknya boneka babi yang lucu dengan pita terikat cantik di salah satu telinga tipisnya yang menggoda. Dan tak sepertiku jika menjadi sebuah boneka singa, tak akan pernah terlihat cantik.

Singa jantanku menyesal telah berguling dalam lumpur kandang babi, kini ia bukan singa lagi yang setia. Ia harus menanti untuk menemani menggendong anak babi. Bagiku, singaku kembali menjadi singa jantan. Nantilah, apakah ia lahir menjadi singa atau babi.

Aku pun masih terdiam melihati kegetiran dalam ke-singa-an ku kini… dan aku tetap menjadi singa betina… bukan lagi babi rakus…

Setelah babi yang menjelma menjadi singa jantan itu menanti, sama seperti diriku yang menanti menyaksikan apakah dalam perut babi betina itu penuh keajaiban dan melahirkan anak singa... ternyata benar dirimu adalah babi sama seperti babi betina,, itulah benihmu... anak babi.


Yogyakarta, Juni 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
;