Ketika Saya Overload

Hanya sekedar muntahan mesin... mungkin sekilas autobiografi, namun terlalu muluk, karena autobiografi dilegalkan bagi yang telah berhasil dalam pencapaian publik.. tapi, setidaknya untuk menghargai sejarah hidup ini,,, dan terangkum dalam Amartaniesme... check my vomit!!!Inilah upaya saya untuk memuntahkan semua yang menggelitik di otak, agar tidak overload dan mengkerak di alam bawah sadar saya sehingga mengganggu saya dengan mimpi-mimpi aneh yang tunggang langgang menjajaki malam-malam saya.

SELAMAT DATANG

untuk menikmati muntahan saya...
Kamis, 30 Desember 2010

Setetes Susu Yang Menyejukkan

Tulisan saya dibawah ini tak ingin mengunggulkan salah satu jenis kelamin, kita tahu bahwa laki-laki dan perempuan adalah sama-sama manusia ciptaan Tuhan yang memiliki derajat yang sama. Perjuangan perempuan pada akhirnya bukan semata-mata ingin mengungguli laki-laki. Banyak di berbagai belahan dunia perempuan-perempuan hebat, seperti Kartini, Simone De Beauvoir, Julia Kristeva, Gayatri Spivak, dan lain sebagainya. Mereka berjuang karena stigma yang tumbuh subur dan diperkuat oleh mitos-mitos, yaitu dunia patriarkhi yang menomorduakan perempuan. Simone De Beauvoir seorang feminist eksistensialis yang merupakan istri dari Jean Paul Sartre, menyebutnya The Second Sex. Karena stigma itulah kita perlu berjuang agar menjadi sama, dihargai, dan bukan dipandang sebagai perempuan yang hanya memiliki vagina belaka. Kita memiliki pikiran, hati dan tentunya potensi yang perlu digali, setidaknya menyumbangkan sesuatu yang positif untuk kehidupan sosial (ah saya terlalu muluk disini) ralat, untuk kehidupan masing-masing yang lebih baik, tanpa deskriminasi ataupun seksisme. Inilah sedikit catatan saya jika anda berkenan untuk membaca.


The Inferiority of Women

Superior dan inferior, kuat dan lemah, laki-laki dan perempuan, adalah stereotipe hasil konstruksi budaya dalam suatu sistem sosial, meskipun kita tahu bahwa hal tersebut tak mutlak dalam setiap budaya yang berkembang di berbagai tempat. Pelabelan beroposisi biner di atas seolah adalah hal yang ideal dalam kehidupan bermasyarakat, terutama budaya timur,
setiap materi berpasangan dan mendapat satu bagian masing-masing. Contoh yang disebut ideal dalam kehidupan bermasyarakat ini, adalah bahwa laki-laki mendapat pelabelan superior, kuat dan lain sebagainya, sedangkan perempuan adalah yang lemah, sensitif, merupakan mahkluk inferior. Bagaimana dengan manifestasi dari penelitian oleh seorang laki-laki bernama Ashley Montagu yang menulis buku berjudul The Natural Superiority of Women.

Dalam buku tersebut, menjelaskan bahwa secara alami perempuan lebih superior dibandingkan dengan laki-laki. Penjelasannya kira-kira seperti ini: adalah fakta bahwa perempuan dapat melahirkan, merawat, dan mempunyai ketahanan emosional yang luar biasa, dan ini yang menyebabkan ia menjadi makhluk yang sebenarnya lebih unggul dari laki-laki. Montagu berpendapat bahwa “kelebihan” perempuan ini telah diteliti dan diuji berulangkali. Dalam kehidupan, perempuan mempunyai ketahanan mental yang luar biasa. Banyak kisah di berbagai tempat yang menggambarkan seorang ibu yang harus survive, merawat anak sekaligus mencari nafkah untuk kelanjutan pendidikan anak dan juga keberlangsungan keluarganya. Kesuksesan keluarga tunggal lebih sering ditemui dalam keluarga yang dipimpin oleh seorang ibu sebab sosok ibu lebih sering membela mati-matian anak-anaknya yang ditinggal oleh suaminya. Sebaliknya, seorang ayah yang ketika ditinggal atau meninggalkan istrinya, hal pertama yang ia lakukan adalah mencari istri baru agar dapat merawat anak-anaknya dan dirinya sendiri.

Ada satu testimoni terlontar dari seorang laki-laki mengenai pendapat di atas: “seandainya aku ditinggal mati oleh istriku dalam keadaan melahirkan, sementara anak kami yang baru lahir tersebut membutuhkan perawatan, setidaknya asupan gizi, yaitu susu. Dan aku memilih menikah demi anakku, agar dia mendapat susu serta asupan gizi yang cukup karena aku tak memiliki itu. Buah dada yang memproduksi susu”

Beberapa hal kodrati yang dimiliki perempuan, antara lain: menstruasi, mengandung, melahirkan, menyusui. Dalam suatu keputusan yang diambil laki-laki di atas, bahwa ia ditinggalkan istrinya lalu menikahi perempuan karena ia tak memiliki buah dada sehingga tak bisa menyusui, adalah alasan yang kondrati. Namun apakah seorang perempuan rela, dinikahi hanya demi susu, dan bukan dinikahi atas pertimbangan kepribadian seorang perempuan tersebut. Itu sebuah pilihan.
Jika hal tersebut saya alami, jangan nikahi saya, saya akan memberikan gratis susu saya untuk anak anda. Dan bukan untuk anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
;